Minggu, 11 Oktober 2009

Like Monday?

i don't like monday, because there is nothing!!

Sabtu, 10 Oktober 2009

LSI mania

Hmm..ini dari pagi sampe sore nongkrong di LSI, uda tau punya maag dan kemaren baru kumat, masih..aja sempet-sempetnya telat makan. Tapi aku di LSI demi tujuan yang mulia, ngegantiin temen yang harusnya nyari-nyari skripsi di sini.
Ternyata banyak juga skripsi yang berkaitan dengan topik presentasi minggu depan, ada sekitar 397 skripsi yang harus di list judulnya. Males banget kan kalau harus ditulis semuanya? Makanya, pinter dikit donk, catet aja sebagian terus saat presentasi bilang kalau sebenarnya skripsinya ada banyak hanya beberapa aja yang dicatat sebagai basic data, dan topik ini sudah jenuh, jadi tidak perlu ada pengembangan judul.beres kan?ahaha
selain itu, aku juga harus menentukan salah satu skrip yang akan aku pilih untuk menjadi bahan presentasi kelompokku selasa depan, bingung lagi gak tuh?
ya iyalah bingung, gimana gak bingung, dari sekian banyak skrip harus dipilih satu yang terbaik. Dari aspek mananya coba? Tu skripsi kan uda melewati persidangan, otomatis uda bagus-bagus donk?
Untungnya, pemilihan ini dipersempit dengan kata "bagus menurut penilaian kita", yaudah ambil aja salah satu yang menurut aku judulnya menarik, tanpa harus tau isinya..hehe biatin ajalah.
alhamdulillah uda dapet, tinggal diolah aja. Tapi gak nyangka aja kalau bakal menyita waktu banget kayak gini..
yang penting mah ikhlas, bukankan kalau kita ikhlas semuanya akan jadi menyengkan di samping mengejar pahala?hehe

status gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diaklibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbtion) dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan yang dikonsumsi dan dimonitor dari pertumbuhan fisik anak.
perlu difahami bahwa status gizi dan indikator status gizi terdapat suatu perbedaan, yaitu indikator tidak hanya merefleksi status gizi tetapi juga dapat memberikan refleksi terhadap pengaruh-pengaruh faktor non gizi.
secara garis besar, status gizi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Yang dimaksud dengan faktor langsung di sini adalah faktor atau variabel yang secara langsung berhubungan dengan status gizi seseorang. Ada dua hal yang termasuk ke dalam golongan ini, yaitu asupan makanan dan status kesehatan. Asupan makanan adalah jumlah makanan yang mengandung gizi yang dikonsumsi oleh seseorang. Ada beberapa variabel yang terkait dengan hal ini, pertama yaitu pola makan. Pola makan seseorang akan berpengaruh terhadap asupan makanannya. Misalnya, derajat keteraturan makannya, frekuensi makannya, dan kuantitas makanannya. Kedua yaitu kebiasaan makan, biasanya hal ini terkait pula dengan kebiasaan yang berlaku dalam suatu daerah, misalnya di suatu daerah yang lebih didahulukan untuk diberikan makanan adalah suaminya daripada anaknya.
sementara itu status kesehatan berkaitan dengan keadaan kesehatan seseorang saat ini. tentu hal ini juga berkaitan dengan riwayat kesehatannya, karena tidak serta merta seseorang memiliki status kesehatan yang baik atau buruk tanpa dikaitkan dengan kondisi sebelumnya dan hal-hal yang mempengaruhinya.
faktor yang tidak berkaitan secara langsung dan dapat mempengaruhi status gizi seseorang adalah faktor ekonomi, sosial, dan budaya.
ekonomi. Keadaan ekonomi seseorang berpengaruh secara terhadap asupan makanannya dan pada akhirnya mempengaruhi status gizinya. Keadaan ekonomi dikaitkan dengan pendapatan rumah tangga dan besar keluarga yang menjadi tanggungan rumah tangga tersebut. Semakin kecil pendapatannya biasanya status gizi anggota keluarganya akan semakin kurang baik. Begitu juga sebaliknya, meskipun tidak menutup kemungkinan orang yang berpendapat besar pun akan memiliki status gizi yang kurang (kan uda dibilangin kalau variabel yang menentukan status gizi itu banyak..jadi gak bisa diliat dari satu faktor saja). Berikutnya adalah faktor sosial, hal ini berkaitan dengan bagaimana kondisi sosial individu tersebut berada, atau bisa juga dikaitkan dengan status sosial individu tersebut dalam kehidupan sosialnya, semakin baik status sosial, biasanya status gizinya juga semakin baik, karena dia memiliki akses untuk mengarah ke keadaan tersebut. Budaya. Budaya yang juga sangat erat kaitannya dengan status gizi seseorang, yang berkaitan dengan budaya adalah sangat banyak sekali, tetapi dalam hal ini kita batasi kaitannya dengan pangan dan pemenuhan gizi seseorang, bagaimana seseorang memandang suatu makanan dan bagaimana seseorang memberikan serta menerima makanan. Misalnya dalam suatu daerah, makanan tertentu dilarang untuk dikonsumsi sementara di daerah lain tidak dilarang. Contoh lain, bagaimana seorang istri mengutamakan pemenuhan kebutuhan pangan suaminya dibandingkan dengan dirinya dan anaknya. Biasanya hal ini terkait dengan adat yang berlaku pada suatu daerah.
satu hal lagi, yang sangat erat kaitannya dengan hal ini, yakni ketersediaan pangan. Bagaimanapun jika ketersediaan pangan di suatu daerah tercukupi dan keberagamannya memiliki nilai 100, hampir bisa dipastikan status gizi di daerah tersebut akan terbilang baik dengan asumsi aksesnya merata dan variabel-variabel di atas bergerak ke arah pengaruh yang positif. Sekali lagi, jika kita membicarakan status gizi, maka tidak bisa hanya dengan melihat satu variabel saja.
sama halnya ketika kita memandang suatu masalah, akan sangat egois jika kita melihat dari satu aspek saja sehingga kita mendapatkan persepsi yang kurang lengkap dan memicu ketidaktepatan dalam pengambilan keputusan.
So, bisa dikatakan bahwa apa yang kita pelajari di dunia ini sesungguhnya sangat berkaitan. Seperti kita yang mengejar dunia untuk mendapatkan akhirat, bagaimana caranya? Cari dan lengkapi saja sendiri jawabannya..hehe
Regards
MS

Hiperkatabolisme

kuliah kali ini tentang hiperkatabolisme,. hmm..tapi sebelum menjelaskan isi materi kuliahnya, aku akan sedikit menjelaskan tentang pematerinya. Dosen yang satu ini sepertinya bermetamorfosis sempurna, beliau sangat berbeda dari dosen yang dulu pertama kali aku kenal. Pertama kali aku kenal beliau, kesannya sangar, galak, dan "killer" (haha..lebay), tapi emank begitu adanya. Aku aja pernah diusir gara-gara telat masuk kelas kuliahnya beliau, selain itu teman-temanku yang lain juga tidak lepas dari semprotannya. Tapi sekarang...beda..banget, ngajarnya uda bisa fun, santai, dan jadi lebih masuk otak aja kalau kita gak tertekan kayak smester-smester kemaren.
Hmm..kayaknya sekarang beliau uda tau cara ngadepin angkatan kita, soalnya kita-kita itu kalau dikerasin malah gak bisa respect, apalagi nurut..jauh deh..
Makanya sekarang beliau jadi pribadi yang menyenangkan di hadapan kita..(soalnya baru dapet informasi, kalau ngajar di tempat lain masih galak-galak gitu,hehe..itu mah DL)
Materi dietetik yang diberikan kemaren bout Hiperkatabolisme. Pada prinsipnya Kekurangan Energi Protein terjadi karena intake yang kurang atau kebutuhan yang tinggi. Intake yang kurang bisa terjadi pada orang yang sakit disertai anorexia, gangguan pencernaan, dan penyerapan. Anorexia ini terutama terjadi pada penyakit kronis. Sebelumnya mau ngejelasin dulu, anorexia itu penolakan seseorang terhadap makanan. Gampangnya, tu orang gak mau dikasih makan..
kebutuhan yang meningkat menyebabkan hiperkatabolisme. Misalnya, pada saat puasa, energi diambil dari cadangan energi yang tersimpan dalam tubuh sehingga menyebabkan hiperkatabolisme. Fisiologisnya terjadi pada orang hamil, karena dibutuhkan untuk pembentukan dan perkembangan janin; dan untuk pertumbuhan.
Secara patologis, hiperkatabolisme terjadi pada luka dan sepsis, pokoknya segala sesuatu yang berkaitan dengan perbaikan dan panambahan jaringan.
Nah, proses terjadinya hiperkatabolisme ada beberapa tahap.
pertama, kelaparan tahap awal (5-7hari). Kalau seseorang tidak makan, sementara pengeluran energinya tetap (> 1800 Kal). Bila tidak ada intake, maka energi akan diambil dari pemecahan glikogen di hati, karena glikogen di otot tidak dapat digunakan. Ketika glikogen habis, maka terjadi hidrolisa (pemecahan) protein otot yang disebut sebagai glukoneogenesis.
kemudian, 500 gram protein akan hilang (sekitar 5 %), terutama protein plasma (albumin turun), dan enzim-enzim pencernaan akan hilang. Berikutnya akan terjadi liposis (pemecahan lipid) tiap 1800Kal dan 160 gram jaringan lemak akan hilang.
Pada minggu selanjutnya, kelaparan jangka panjang (5-6 minggu):
- metabolisme rate akan turun
- pengeluaran energi juga menurun
hal ini akan mengakibatkan aktivitas dan suhu turun, dan mengantuk. Biasanya penderita ini juga akan mengalami penurunan aktivitas respirasi, yang berimbas pada terjadinya pneumonia.
Lain halnya dengan hiperkatabolisme pada luka atau sepsis. Pada kasus ini, terjadi peningkatan katabolisme, terutama protein digunakan untuk pembentukan jaringan baru (misal, bekas operasi), mengganti sel darah dan protein plasma yang hilang dan sebagai reaksi terhadap adanya infeksi.
untuk penderita hiperkatabolisme, biasanya diberikan diet yang tinggi kalori dan tinggi protein (ETPT). Diet untuk infeksi berat, diberikan diet yang disesuaikan dengan kebutuhan, ETPT ini diberikan pada saat pemulihan. Karena biasanya jika seseorang menderita suatu penyakit, maka nafsu makannya akan hilang. Nah, tugas dietetian adalah memberikan menu yang kira-kira dapat menggugah selera si pasien, gampangnya yang penting tu pasien makan jangan mikirin kecukupan energinya karena pasti gak bakal cukup. kalau dia sudah pulih, baru diberikan diet yang sesuai denga kebutuhannya.
Syarat pemberian diet ETPT:
Energi dan protein lebih dari normal, tinggi vitamin dan mineral, lemak menurunkan massa makanan, pilihan bahan berenergi tinggi tapi mudah dicerna, pemberian lemak cukup, frekuensi makan sering, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa.
Nah, semua hal tersebut saling terkait, intinya yang penting terpenuhilah pemberian diet energi tinggi dan protein tinggi.
regards
MS